Kamis, 29 Oktober 2015

MODEL-MODEL KOMUNIKASI



Dalam menjelaskan tentang model ini kami sepenuhnya mengutip buku ilmu komunikasi suatu pengantar yag ditulis oleh Deddy Mulyana yang dijelaskan secara lengkap pada bukunya pada halaman 131 s.d. 174, yang ditulis ringkas pada http://azizzone24.blogspot.com/2013/06/rangkuman-buku-ilmu-komunikasi-suatu.html. Selain tambahan  juga beberapa buku lain yang kami cantumkan referensinya.
Model komunikasi menurut Sereno dan mortensen merupakan deskripsi ideal mengenai apa yang dibutuhkan untuk terjadinya komunikasi. Model komunikasi mempresentasikan secara abstrak ciri-ciri penting dan menghilangkan rincian komunikasi yang tidak perlu dalam dunia nyata. (Mulyana;2011;132)
Sejauh ini terdapat ratusan model komunikasi yang telah dibuat para pakar. Kekhasan model komunikasi juga dipengaruhi oleh latar belakang keilmuan (pembuat) model tersebut, paradigma yang digunakan, kondisi tekhnologis dan semangat zaman yang melingkunginya. Nah oleh karena itu hanya akan dibahas model-model populer yang dibutuhkan dalam memahami ilmu komunikasi.







1. Model S-R

Model stimulus respon (S-R)adalah model komunikasi paling dasar. Model ini dipengaruhi oleh disiplin psikologi, khususnya yang beraliran behavioristik. Model tersebut menggambarkan hubungan stimulus-respon. Model ini menunjukan komunikasi sebagai proses aksi- reaksi yang sangat sederhana. Proses ini dipahami juga sebagai proses pertukaran  atau pemindahan informasi atau gagasan. Proses ini dapat bersifat timbal balik dan banyak efek. Setiap efek dapat mengubah tindakan komunikasi (communication act) berikutnya. (mulyana;2011;14). Sehingga dapat bersifat negatif dan positif.
2.      Model Aristoteles
        Model komunikasi digunakan dalam memahami terjadinya sebuah proses komunikasi, salah satu model komunikasi yang umum dikenal adalah Model Aristoteles.  
“Model Aristoteles merupakan model klasik, disebut juga model retoris karena retorika adalah bentuk komunikasi yang umum di zaman itu. Model ini mengajukan tiga unsur pembicara (speake), pesan (message), dan pendengar (listener). Selain itu, terdapat unsur lain yang disebut setting, yaitu suasana lingkungan yang perlu diciptakan agar komunikasi berjalan efektif. menurut Aristoteles, untuk berhasil dalam komunikasi publik, maka terdapat tiga unsur utama yang harus diperhatikan, yaitu ethos (kredibilitas komunikan), logos (runtun logika argumentasi pesan yang Anda sampaikan) dan pathos (kemampuan memainkan emosi khalayak).” (Vardiansyah;2004;114)

        Model aristoteles adalah salah satu model komunikasi satu arah yang sangat mendasar dalam menyaratkan terjadinya sebuah komunikasi, yaitu komunikator, pesan dan pendengar. Dimana baru dapat disebut sebagai sebuah proses komunikasi jika seseorang menyampaikan pesan kepada orang lain. Dan Aristoteles juga menyatakan bahwa dalam komunikasi diperlukan satu kondisi atau suasana (setting) yang mendukung, dan apa yang disebut sebagai setting ini dapat diciptakan untuk  tercapainya komunikasi efektif. 

3.      Model Lasswell

Model komunikasi Lasswell berupa ungkapa verbal, yakni
Who
Says What
In Which Channel
To Whom
With What Effect?
Model ini dikemukakan oleh Harold Lasswell tahun 1948 yang menggambarkan proses komunikasi dan fungsi-fungsi yang diembannya alam masyarakat. Lasswell mengemukakan tiga fungsi komunikasi, yaitu: pengawasan lingkungan, korelasi berbagai bagian terpisah dalam masyarakat yang merespon lingkungan, transmisi warisan sosial dari suatu generasi ke generasi lainnya. Lasswell mengaku bahwa tidak semua komunikasi bersifat dua arah.
Model Lasswell sering diterapkan dalam komunikasi massa. Model tersebut mengisyaratkan   bahwa lebih dari satu saluran dapat membawa pesan. Model Lasswell dikritik karena model itu tampaknya mengisyaratkan kehadiran komunikator dan pesan yang bertujuan. Model ini juga terlalu menyederhanakan masalah.
4.      Model Shannon dan Weaver
Model awal komunikasi dikemukakan oleh Claude Shannon dan Warren Weaver pada tahun 1949.  Model ini sering disebut model matematis atau model teori informasi itu mungkin adalah model yang pengaruhnya paling kuat atas model dan teori komunikasi lainnya. Model Shannon dan Weaver ini menyoroti problem penyampaian pesan berdasarkan tingkat kecermatannya. Dengan kata lain, model Shannon dan Weaver mengasumsikan bahwa sumber informasi menghasilkan pesan untuk dikomunikasikan dari seperangkat pesan yang dimungkinkan. Pemancar (transmitter) mengubah pesan menjadi sinyal yang sesuai dengan saluran yang digunakan. Saluran (channel) adalah medium yang mengirim sinyal (tanda) dari transmitter ke penerima (receiver).
Model Shannon dan Weaver dapat diterapkan kepada konteks-konteks komunikasi lainnya seperti komunikasi antarpribadi, komunikasi publik, dan komunikasi massa.
5.      Model Schramm
Menurut Wilburg Schramm, komunikasi senantiasa membutuhkan setidaknya tiga unsur: sumber (source), pesan (message), dan sasaran (destination). Sumber boleh jadi seorang individu atau suatu organisasi seperti surat kabar, stasiun televisi. Menurut Schramm, setiap orang dalam proses komunikasi adalah sekaligus sebagai enkoder dan dekoder. Kita secara konstan menyandi balik tanda-tanda dari lingkungan kita, menafsirkan tanda-tanda tersebut.
6.      Model Newcomb
Theodore Newcomb memandang komunikasi sebagai perspektif psikologi-sosial. Modelnya menyerupai diagram jaringan kelompok yang dibuat oleh para psikolog sosial dan menyerupai formulasi awal mengenai konsistensi kognitif.
Dalam model komunikasi tersebut sering juga disebut model ABX atau model simetri Newcomb menggambarkan bahwa seseorang A, menyampaikan informasi terhadap seorang lainnya, B, mengenai sesuatu, X, model tersebut mengasumsikan bahwa orientasi A kepada B dan terhadap X saling bergantung dan ketiganya merupakan suatu sistem yang terdiri dari empat orientasi.
·         Orientasi A terhadap X, yang meliputi sikap tehadap X sebagai objek yang harus didekati atau dihindari dan atribut kognitif (kepercayaan dan tatanan kognitif)
·         Orientasi A terhadap B, dalam pengertian yang sama
·         Orientasi B terhadap X
·         Orientasi B terhadap A


7.      Model Westley dan MacLean
Westley dan MacLean ini dipengaruhi oleh model Newcomb, selain juga oleh Lasswell dan yang lainnya. Mereka menambahkan jumlah peristiwa, gagasan, objek dan orang yang tidak terbatass yang kesemuanya merupakan ”objek orientasi” menempatkan suatu peran C diantara A dan B, dan menyediakan umpan balik. Model Westley dan MacLean mencakup beberapa konsep penting yaitu umpan balik, perbedaan kemiripan komunikasi antarpribadi dengan komunikasi massa, dan pemimpin mendapat yang penting sebagai unsur tambahan dalam komunikasi massa.
8.      Model Gerbner
Model Gerbner adalah merupakan perluasan dari model Lasswell. Model ini terdiri dari model verbal dan model diagramatik. Model verbal Gerbner adalah sebagai berikut:
Seorang sumber mempersepsi suatu kejadian dan bereaksi melalui suatu alat (saluran, media, rekayasa fisik, fasilitas administratif dan kelembagaan untuk distribusi dan kontrol) untuk menyediakan materi dalam suatu bentuk dan konteks yang mengandung isi yang mempunyai suatu konsekuensi.
Model Gerbner menunjukan bahwa sesorang mempersepsi suatu kejadian dan mengirimkan pesan kepadan suatu transmitter yang pada gilirannya mengirimkan sinyal pada penerima (receiver), dalam transmisi itu sinyal menghadapi gangguan dan mucul sebagai SSS bagi sasaran (destination)
9.      Model Berlo
Model ini dikenal dengan model SMCR (source, message, channel, receiver). Sumber (source) adalah pihak yang menciptakan pesan baik seseorang maupun suatu kelompok.
Pesan (message) adalah terjemahan gagasan kedalam kode simbolik seperti bahasa atau isyarat saluran (channel) adalam medium yang membawa pesan dan penerima (receiver) adalam orang yang menjadi sasaran komunikasi.
10.  Model DeFleur
Menggambarkan komunikasi massa ketimbang komunikasi antar pribadi. Modelnya merupakan perluasan dari model yang dikemukakan para ahli lain khususnya Shannon dan Weaver dengan memasukan perangkan media massa (mass medium service) dan peragkat umpan balik (feedback).
11.  Model Tubbs
Menggambarkan komunikasi yang paling mendasar yaitu komunikasi dua orang (diadik). Model komunikasi Tubbs sesuai dengan konsep komunikasi sebagai transaksi yang mengasumsikan kedua peserta sebagai pengirim sekaligus penerima pesan. Model Tubbs melukiskan baik komunikator satu atau dua terus menerus memperoleh masukan yakni rangsangan baik luar dalam maupun luar dirinya yang sudah berlalu baik yang sudah berlangsung juga semua pengalaman fisik maupun sosial.
12.  Model Interaksional
Model interaksional merujuk pada model komunikasi yang dikembangkan oleh para ilmuwan sosial yang menggunakan perspektif interaksi simbolik dengan tokoh utamanya Herbert dan muridnya Blumer. Model interaksional sangat sulit digambarkan dengan diagramatik.

Senin, 26 Oktober 2015

PEMAHAMAN




        Sebagaimana diterjemahkan Dedy Mulyana(2009;23)  dari buku Tubbs & Moss, ia menulis tentang pemahaman:
“Arti Pokok pemahaman adalah penerimaan yang cermat atas kandungan rangsangan seperti yang dimaksudkan oleh si pengirim pesan. Dalam hal ini komunikator dikatakan efektif bila penerima memperoleh pemahaman yang cermat atas pesan yang disampaikannya (kadang-kadang komunikator menyampaikan pesan tanpa sengaja, yang juga dipahami dengan baik)”

        Dalam hal ini pemahaman dikatakan tercapai bila sebuah pesan dapat diterima dengan baik oleh komunikan sebagaimana yang dimaksud oleh komunikator, sehingga terjadi komunikasi yang disebut efektif atau berhasil.
        Pemahaman dalam bahasa Inggris yang berarti under-stand. Dalam Learner’s Pocket Dictionary diartikan “know the meaning, nature, explanation of something “(Cowie;1983;410) yang kurang lebih artinya adalah mengetahui maksud/arti [itu], sifat, penjelasan tentang sesuatu.
        Budiharjo (1987;335) dalam bukunya kamus psikologi mengatakan yang dimaksud dengan pemahaman (understanding) adalah proses menjadi tahu atau memahami hubungan antara hal-hal atau dari artinya.
“Perilaku yang mengakibatkan individu memperoleh pengetahuan dan pemahaman atau sesuatu yang dibutuhkan untuk menggunakan pengetahuan adalah kognitif. Kognitif adalah suatu proses psikologis yang terjadi dalam bentuk pengenalan, pengertian dan pemahaman dengan menggunakan pengamatan, pendengaran dan berpikir. Tokoh teori kognitif Piaget, yang memberikan pendapatnya bahwa perkembangan individu lebih banyak dipengaruhi oleh kognitif, yaitu mengenal, mengerti dan memahami dengan menggunakan berpikir dan pengamatan.” (Baradja;2005;31)

         Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia yang ditulis oleh J.S. Badudu dan Sutan Mohammad Zain (1996;976-977) tentang paham & memahami.
Paham, (Ar. Fahm) 1 pengertian, pendapat:demikianlah menurut-ulama; 2 mengerti : saya belum – cara menulis seperti itu; 3 aliran, anutan: - komunisme sekarang di larang di negara kita; 4 ahli menguasai benar dia: dia – benar ilmu pembuatan kapal. Memahami, 1 mengerti: saya tak dapat -  penjelasannya yang berbelit-belit; 2 menguasai, tahu sekali tt: dia – benar ilmu itu; 3 menyelami: dapatkah – maksudnya?”

         Adapun menurut W.J.S Poerwadarminta (2003;821-822) dalam kamus Umum Bahasa Indonesia, defenisi paham;pemahaman adalah sebagai berikut :
Paham:1. Pengertian; pengetahuan banyak; 2. Pendapat; pikiran; 3. Mengerti benar (akan); tahu benar (akan); 4. Pandai dan mengerti benar (dalam suatu hal). Sepaham : 1. Sependapat; sepengertian ; 2. Setuju (dengan) ; 3. Sekeyakinan; teman (kawan). Berpaham : 1. mempunyai paham; 2. berakal; berbudi; bijaksana; berpengalaman. Memahami : mengerti benar; mengetahui benar; memaklumi. Memahamkan : 1. mempelajari baik-baik, supaya paham; 2. mengartikan; 3. memberitahukan sesuai supaya mengerti dan sebagainya.”

         Dalam ranah komunikasi, pemahaman menjadi amat penting karena hal tersebut menjadi syarat terjadinya komunikasi efektif, dimana kesamaan makna terjadi antara komunikator dengan komunikan.
“Berkenaan dengan komunikasi publik, telah banyak ditulis materi mengenai bagaimana menyempurnakan pemahaman dalam menyampaikan informasi – kata ‘pemahaman” sering diartikan  sebagai tambahan informasi. Yang harus diingat oleh pembicara publik adalah bahwa umpan balik yang diterimanya seringkali amat terbatas; jadi pembicara harus berusaha agar seobjektif dan secermat mungkin menjelaskan masalah yang dikemukakanya. Penggunaan sarana pendukung – sejumlah contoh, analogi dan sejenisnya, membantu memperjelas materi pembicaraan.” (Tubbs & Moss; Mulyana;2009;24)

        Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa pemahaman merupakan bagian dari ranah kognitif yang berarti penguasaan atas suatu persoalan dan mengerti akan suatu pesan yang disampaikan melalui proses belajar. Juga dapat menjadi jembatan dalam mengetahui maksud/arti penjelasan tentang sesuatu, mendapatkan pengetahuan baru, memperkuat dan memperjelas pengetahuan yang sudah ada sebelumnya, mengevaluasi kesalahan dalam pengetahuan sebelumnya serta mengubah sebuah tingkah laku ke arah yang lebih baik dan lebih benar.
        Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas dan dikaitkan dengan konsep Komunikasi efektif yang dijelaskan Stewart L. Tubbs & Sylvia Moss yang diterjemahkan oleh Dedy Mulyana (2000;22) menyatakan:
“...secara sederhana, komunikasi dikatakan efektif bila orang berhasil menyampaikan apa yang dimaksudkannya. Sebenarnya ini hanya salah satu ukuran bagi efektivitas komunikasi. Secara umum komunikasi dinilai efektif bila rangsangan yang disampaikan dan yang dimaksudkan oleh pengirim atau sumber, berkaitan erat dengan rangsangan yang ditangkap dan dipahami oleh penerima.”

        Seperti diterjemahkan Dedy Mulyana(2009;22)  dari buku Tubbs & Moss juga mengutip dari Goyer (1970;10), bila S adalah pengirim atau sumber pesan dan R penerima pesan, maka komunikasi disebut mulus dan lengkap bila respon yang diinginkan S dan respon yang diberikan R identik.
R         =          makna yang ditangkap penerima        = 1
S          =          makna yang dimaksud pengirim          = 1

KREDIBILITAS KOMUNIKATOR



Kredibilitas secara sederhana dipahami sebagai sebuah rasa percaya, mengutip wikipedia kredibilitas adalah kualitas, kapabilitas, atau kekuatan untuk menimbulkan kepercayaan. Aplikasi umum yang sah dari istilah kredibilitas berkaitan dengan kesaksian dari seseorang atau suatu lembaga selama persidangan. Kesaksian haruslah kompeten dan kredibel apabila ingin diterima sebagai bukti dari sebuah isu yang diperdebatkan.

“Dalam id.w3dictionary.org disebutkan bahwa kredibel adj 1: mampu menjadi percaya; "benar kredibel kesaksian"; "informasi kredibel" [syn: (mungkin)] [ant: (menakjubkan)] 2: umum tetapi salah dimana penggunaan `mudah percaya 'akan sesuai; "ia bukan ... dia diharapkan kredibel membodohi" 3: muncul ke Kelebihan penerimaan atau kepercayaan; "yang kredibel  saksi ";" cerita yang masuk akal "[syn: (masuk akal)] 

       Berdasar uraian di atas, secara umum kredibel atau kredibilitas adalah berbicara tentang kepercayaaan, dibenarkan dan dianggap dapat diterima. Seseorang yang dipercaya, diterima dan dianggap benar atau mampu terhadap suatu hal dapat disebut kredibel.
        Jalaluddin Rahmat (2005;257) dalam bukunya Psikologi Komunikasi mengutarakan pendapatnya tentang kredibilitas komunikator, beliau menyatakan,
“Kredibiltas (komunikator) adalah seperangkat persepsi komunikate tentang sifat-sifat komunikator. Dalam definisi ini terkandung dua hal : (1) kredibilitas adalah persepsi komunikate; jadi inheren dalam diri komunikator; (2) Kredibilitas berkenaan dengan sifat-sifat komunikator, yang selanjutnya akan kita sebut sebagai komponen-komponen kredibilitas.”

        Selanjutnya menurut Jalaludin Rakhmat (2005;260)  komponen-komponen kredibilitas adalah (1) Keahlian, adalah kesan yang dibentuk komunikan tentang kemampuan komunikator dengan hubungannya dengan topik yang dibicarakan. Komunikator yang tinggi pada keahliannya dianggap cerdas, mampu, ahli, berpengalaman, dan terlatih. (2) Kepercayaan, adalah kesan komunikan tentang komunikator yang berkaitan dengan wataknya (Jujur atau tidak jujur, tulus atau lancung, dan sebagainya). Aristoteles menyebutnya “good moral character”, sedang Quintillianus menyebutnya “a good man speaks well”.
“Sedangkan menurut Koehler, Annatol, dan Applbaum (Rakhmat 2005;260)     komponen kredibilitas itu ditambah lagi dengan (1) Dinamisme, berkenaan dengan cara berkomunikasi, bergairah, bersemangat, aktif, tegas, dan berani. Dinamisme memperkokoh kesan keahlian dan kepercayaan; (2) Sosiabilitas, adalah kesan komunikan tentang komunikator sebagai orang yang periang dan suka bergaul; (3) Koorientasi, adalah kesan komunikan tentang komunikator sebagai orang yang mewakili kelompok dan nilai-nilai dari komunikan; (4) Karisma, menunjukkan suatu sifat luar biasa yang dimiliki komunikator.”

        Dalam bukunya Pengantar Ilmu Komunikasi, Prof. Dr. H. Hafied Canggara, M.Sc. (2008;91) berpendapat bahwa :
“Kredibilitas ialah seperangkat persepsi tentang kelebihan-kelebihan yang dimiliki sumber sehingga diterima atau diikuti oleh khalayak (penerima). Gobbel, menteri propaganda Jerman dalam perang dunia II menyatakan bahwa, untuk menjadi seorang komunikator yang efektif harus memiliki kredibilitas yang tinggi.”

“Kredibilitas menurut aristoteles, bisa diperoleh jika seorang komunikator memiliki ethos, pathos, dan logos. Ethos ialah kekuatan yang dimiliki pembicara dari karakter pribadinya, sehingga ucapan-ucapanya dapat dipercaya. Pathos ialah kekuatan yang dimiliki seorang pembicara dalam mengendalikan emosi pendengarnya, sedangkan logos ialah kekuatan yang dimiliki komunikator melalui argumentasinya.”


        Hafied Canggara (2008;92) masih dalam buku yang sama mengutip pendapat James Mc Croskey (1966) lebih jauh menjelaskan bahwa kredibilitas seorang komunikator dapat bersumber dari kompentensi (competence), sikap (character), tujuan (intention), kepribadian (personalitiy) dan dinamika (dynamism).
·         Kompentensi ; penguasaan yang dimiliki komunikator pada masalah yang dibahasnya.
·         Sikap menunjukan pribadi komunikator apakah ia tegar atau toleran dalam prinsip.
·         Tujuan menunjukan apakah hal-hal yang dsampaikan itu punya maksud yang baik atau tidak.
·         Kepribadian menunjukan apakah pembicara memiliki pribadi yang hangat dan bersahabat.
·         Dinamika menunjukan apakah hal yang disampaikan itu menarik atau sebaliknya membosankan.

        Penjelasan di atas diurai pula dalam buku Public speaking Handbook, yang ditulis oleh A Steven A. Beebe & Susan J. Bee (2005;420)
Competence -... to be credible, a speaker should be considered  informed, skilled, or knowledgeable about the subject he or she is talking about. Trustworthness.... people trust those they believe to be honest. While delivering your speech, you have to cenvey honesty and sincerity. Your audience will be looking for evidence that they can trust you, that you are believable. Dynamism A third factor in credibility is the speaker’s dynamism, or energy. Dynamism is often projected through delivery. Charisma is form of dynamism. A charismatic person possesses charm, talent, magnetism, and other qualities that make the person attractive and energetic....”

         Secara umum penjelasan di atas menerangkan bahwa Kemampuan/ wewenang-... untuk terpercaya, seorang pembicara harus banyak pengetahuan/informasi, trampil, atau yang banyak mengetahui tentang pokok materi yang ia bicarakan. Dipercaya, orang-orang percaya mereka jujur penuh ketulusan ketika berbicara. Dinamis adalah sering diproyeksikan melalui penyerahan. Karisma adalah format dari Dinamis. Seorang orang yang karismatik menguasai menggiurkan, bakat, kemagnetan (daya tarik, pen.,), dan kualitas lain yang membuat orang tertarik & semangat.
        Untuk menambah wawasan tentang elemen kredibiltas, penulis mengutip dari Kamus Umum Bahasa Indonesia yang ditulis oleh J.S. Badudu dan Sutan Mohammad Zain (1996;344,620,1040) tentang kepercayaan, karisma, koorientasi dan dinamism.
Kepercayaan, 1 Iman:- nya kepada agamanya kuat sekali; 2 orang yang dipercaya: saya sbg orang – atasan selalu akan menjaga nama baik saya; 3 keyakinan yang dianut: islam adalah – ku ; 4 sesuatu yang diakui atau diterima kebenarannya : - rakyat harus dijaga agar tidak hilang

Karisma, bakat yang luar biasa yang dihubungkan dengan kemampuan seseorang dalam hal kepemimpinan yang membuatnya menjadi seorang yang dikagumi  karena  kemampuan dan kewibawaannya itu, dapat membangkitkan rasa pemujaan dari masyarakat terhadapnya.”

Koorientasi/orientasi/, (Ing, Bld) 1 peninjauan untuk mengenal dan mengetahui (hal, tempat, dsb) 2 pengenalan akan tempat secara tepat;”

Dinamism, sifat yang hidup yang penuh semangat, terus bergerak untuk menghasilkan perubahan yang membawa kemajuan.”

“Berlo seorang pakar komunikasi dari Michigan State University menambahkan bahwa kredibilitas seorang pembicara atau penulis bisa diperoleh, bila ia memiliki keterampilan berkomunikasi secara lisan atau tertulis (communication skills), pengetahuan yang luas tentang apa yang dibahasnya (knowledge), sikap jujur dan bersahabat (attitude), serta mampu beradaptasi dengan sistem sosial dan budaya (sosial & cultural sistem) di mana khalayaknya berada.” (Canggara;2008)

        Berdasarkan tinjauan teori-teori di atas, maka kredibilitas yang dimaksud dalam tulisan  ini adalah :
1.      Kompentensi ; penguasaan yang dimiliki komunikator pada masalah yang dibahasnya.
2.      Sikap menunjukan pribadi komunikator apakah ia tegar atau toleran dalam prinsip.
3.      Tujuan menunjukan apakah hal-hal yang dsampaikan itu punya maksud yang baik atau tidak.
4.      Kepribadian menunjukan apakah pembicara memiliki pribadi yang hangat dan bersahabat.
5.      Dinamika menunjukan apakah hal yang disampaikan itu menarik atau sebaliknya membosankan.
        Kemudian enam komponen  kredibilitas  menurut James Mc Croskey (1966) itu diurai  beserta penjelasannya, yaitu :
·         Competence (Kompentensi) ; penguasaan yang dimiliki komunikator pada masalah yang dibahasnya.
o   Wawasan yang luas tentang materi
o   Penjelasan yang tepat dan sangat dimengerti
o   Dalil dan contoh yang digunakan tepat dan mengena serta aktual
·         Character (Sikap); menunjukan pribadi komunikator apakah ia tegar atau toleran dalam prinsip.
o   Penampilan yang sopan
o   Menghargai & menghormati orang lain yang berbeda pendapat
o   Menjelaskan sesuatu tidak atas kemauan pribadi
·         Intention (Tujuan); menunjukan apakah hal-hal yang disampaikan itu punya maksud yang baik atau tidak.
o   Penyampaian  materi yang menunjukan pada nilai-nilai yang baik
o   berkinginan kuat agar pendengar mengerti dan paham akan materi yang disampaikan
o   penjelasan materi sesuai dengan kemampuan/daya tangkap pendengar
·         Personalitiy (Kepribadian) menunjukan apakah pembicara memiliki pribadi yang hangat dan bersahabat.
o   Dalam menyampaikan materi tidak sok tahu
o   Merespon pertanyaan pendengar dengan baik dan jawaban yang membuat puas.
o   Bahasa yang digunakan menyejukan hati
·         Dynamis (Dinamika) menunjukan apakah hal yang disampaikan itu menarik atau sebaliknya membosankan.
o   Menyampaikan materi tidak membosankan.
o   Manyampaikan materi diselingi humor.
o   Cara penyampaian menarik dan membuat rindu belajar.